Senin, 16 November 2009

Kenal peta Kabupaten Pandeglang

Kenali dan Kunjungi Objek Wisata di Pandeglang
















Peta Wilayah














Peta Kabupaten Pandeglang














Peta Jarak Tempuh

[Selengkapnya] - Kenal peta Kabupaten Pandeglang

Minggu, 15 November 2009

Kenali beberapa panganan khas Pandeglang

Berikut beberapa panganan khas Pandeglang:
Kenali dan Kunjungi Objek Wisata di Pandeglang

Kue Pasung
Kue Pasung, berbentuk kerucut berasa legit isinya berwarna kecoklatan dan kenyal berselimutkan daun pisang. Kue Pasung ini juga terbuat dari tepung beras, hanya saja ada adonan kue ini terdiri dari dua adonan, campuran tepung beras dan gula aren/merah, kemudian adonan tepung sagu dan santan untuk membuatnya jadi kenyal. Biasanya di dalam adonannya selain tepung beras, gula aren/merah, tepung sagu dan santan yang diuleni, ditambahkan juga potongan kelapa atau nangka sehing kue-nya lebih bertekstur dan wangi.Teknik memasaknya juga unik, adonan tepung beras dan gula merah dimasukkan sebanyak ¼ kedalam contong kemudian dikukus sampai mengeras kemudian diangkat dan masukkan adonan santan dan tepung sagu kemudian kukus lagi sampai matang kurang lebih 15 menit. Coba gigit pelan-pelan kue ini dari bagian paling atas, kamu akan merasakan lelehan gula aren yang manis dan tekstur adonan yang tidak terlalu kenyal. Lembut dan terasa aroma kelapanya, kemudian gigit sampai habis manisnya gula aren semakin berpadu dengan kenyalnya adonan tepung beras.

Kue Jojorong
Jojorong, berbentuk seperti mangkuk dari daun pisang isinya berwarna putih terdapat gula aren cair pada dasarnya. Pembuatan kue ini juga sangat mudah, hanya butuh mencampurkan tepung beras dan santan kelapa mentah kemudian kita siapkan tempat atau mangkuk kuenya yang berbetuk persegi dan terbuat dari daun pisang dengan ujung-ujungnya di steples atau disemat dengan tusuk gigi. Kemudian masukkan gula aren atau bisa juga gula merah yang sudah dimasak hingga sedikit mengental namun tidak terlalu cair, baru masukkan adonan santan dan tepung berasnya, kemudian dikukus sekitar 15 menit. Uniknya Jojorong ini, kita memang seperti menebak-nebak seperti apa asli kuenya.

Gemblong














Rangginang














Apem putih
Kue apem terbuat dari tepung beras dan tape singkong. Rasanya nikmat jika dicampur dengan gula merah atau sirop. Orang melahapnya saat berbuka puasa. Karena itu, pembuatan kue ini dilakukan hanya selama bulan puasa. Menurut Dati, pembuatan kue apem putih di Cimanuk itu sudah turun-temurun dan ia tidak mengetahui secara pasti sejak kapan kue ini mulai populer.



Angeun Lada
Angeun Lada atau sayur lada, masakan berupa sayur yang dicampur dengan daging kerbau atau sapi dan menggunakan daun khas bernama daun walang yang wanginya sangat menyengat seperti binatang walang sangit.
Rasa masakan ini sangat kaya rempah dan pedas, tak salah disebut sayur lada, karena kuahnya seperti dicampur beribu lada. Sayur ini sangat terkenal di Pandeglang, karena hanya disini tumbuh daun Walang. Karena saking jarangnya orang yang memiliki tanaman Walang, sayur Angeun Lada ini juga sudah jarang ditemui di Banten. Dulunya sayur ini juga disajikan di acara tertentu seperti tahlilan, aqiqah, atau tasyakuran. 

Tape Ketan

    [Selengkapnya] - Kenali beberapa panganan khas Pandeglang

    Sabtu, 14 November 2009

    Kenali beberapa tempat di Pandeglang

    Ada beberapa tempat yang hanya anda dapati di Pandeglang sbb:
    Kenali dan Kunjungi Objek Wisata di Pandeglang

    1. Gardu Tanjak
    2. Ciherang
    3. Ciekek
    4. Kebon Cau
    5. Kebon Asem
    6. Cikacepet

    [Selengkapnya] - Kenali beberapa tempat di Pandeglang

    Kenali nama jalan di Pandeglang

    Berikut ini nama-nama jalan yang ada di Pandeglang. (Mungkin saat ini sudah berganti nama) untuk kita Kenali dan Kunjungi Objek Wisata di Pandeglang

    1. Jalan Alun-Alun Barat (Jalan Jendral Ahmad Yani)
    2. Jalan Alun-Alun Utara (Jalan Mayor Jendral Widagdo)
    3. Jalan Alun-Alun Timur (Jalan Labuan)
    4. Jalan Alun-Alun Selatan (Jalan Kyai Haji Mohammad Idrus)
    5. Jalan Masjid
    6. Jalan Yumaga (Yusuf Martadilaga)
    7. Jalan Ciwasiat
    8. Jalan Jendral Ahmad Yani
    9. Jalan Letnan Bolang
    10. Jalan Ciherang
    11. Jalan Fatoni
    12. Jalan Gunung Karang
    13. Jalan Taman Makam Pahlawan
    14. Jalan Mayor Widagdo
    15. Jalan Lapangan Sukarela
    16. Jalan AMD (ABRI Masuk Desa)
    17. Jalan Keraton
    18. Jalan Labuan
    19. Jalan Juhut
    20. Jalan Moelkita
    21. Jalan Rangkasbitung

    [Selengkapnya] - Kenali nama jalan di Pandeglang

    Selasa, 03 November 2009

    Kenali kuliner tak terlupakan di Kabupaten Pandeglang

    ”Seafood of Love” untuk Satenya Bu Entin

    Sate Bu Entin
    Kenali dan Kunjungi Objek Wisata di Pandeglang
    Labuan hanyalah kota kecamatan di kawasan pantai barat Banten. Tidak jauh ke sebelah selatan dari pantai Carita yang belakangan lebih terkenal itu. Namun kalau kebetulan pergi berlibur ke pantai Carita, sebaiknya jangan lewatkan untuk mampir ke Labuan, lalu carilah Rumah Makan Bu Entin di Jalan Raya Labuan Encle. Kalau kesulitan, tanya saja sama orang lewat di sana pasti tahu tempatnya.
    Apa yang menarik dengan rumah makan Bu Entin? Wow..., jangan kaget di sana ada sate raksasa…… Ini bukan menu satenya Buto Ijo, melainkan ya disediakan bagi pemangsa daging sejenis manusia yang kelaparan. Hanya manusia yang kelaparan yang sanggup menghabiskan beberapa tusuk satenya Bu Entin.

    Coba simak deskripsi berikut ini : Satu tusuk sate hati sapi terdiri dari lima potong yang kalau di tempat lain barangkali satu potongnya ini sudah ekuivalen dengan setusuk sate. Satu tusuk sate cumi-cumi terdiri dari lima ekor masing-masing berukuran sebesar batu baterei D-size gemuk sedikit. Satu tusuk sate udang terdiri dari lima ekor masing-masing berukuran sekorek api besar sedikit dan ada juga yang lebih besar. Satu tusuk sate ikan (entah ikan apa) terdiri hanya seekor ikan laut kira-kira selebar peci hitam untuk sholat (tidak usah repot-repot sholat dulu untuk membayangkan, pokoknya cukup buesar….).

    Belum lagi otak-otak yang bungkus daun pisangnya gosong di sana-sini dan masih panas, dipadu dengan dua macam sambal berwarna merah dan coklat muda. Masih ada urap, lalap leuncak, mentimun dan tauge kecil mentah, dsb.Dari tampilannya saja (sumprit…, saya berkata sejujurnya) ludah saya sudah tertelan beberapa gelombang. Sampai bingung saya harus memulai dari mana untuk memakannya, padahal nasi sudah dituang ke piring dari beboko (ceting) yang disediakan. Akhirnya yang saya ambil duluan malah tauge mentah saya campur dengan sambal cabe merah.

    Sebungkus otak-otak saya buka kemudian dan saya dulitkan (cocolkan) ke sambal yang berwarna coklat muda. Komentar saya spontan pendek saja… “Hmm…., enak…, enak sekali….”. Pilihan hasil assessment saya memang hanya dua, enak dan hoenak sekale…..
    Sejurus kemudian baru setusuk cumi, setusuk udang dan beberapa potong hati sapi yang saya dudut (lolos) dari tusuknya. Itupun sudah hampir menenggelamkan nasi di piring saya, yang kemudian malah belakangan baru saya makan nasinya. Oedan tenan……., sungguh sebuah petualangan makan-makan yang ruarrr biasa…..  Setiap gigitan dan kunyahan cumi-cumi dan udangnya terasa benar sensasi seafood bakarnya. Juga potongan hati sapinya mak kress…. di gigi ketika memotong tekstur bongkahan sate hati sapi yang dibakar hingga tingkat kematangan well done (sebaiknya jangan setengah matang).

    Hampir sejam kemudian, perut sudah terasa kenyang nian…… nafsu serakah seperti sulit dikendalikan, tapi apa daya kapasitas tembolok manusia memang ada batasnya.
    ***
    Bu Entin
    Entah dimana Bu Entin pernah belajar bisnis, namun sejak awal membuka usaha (yang kata pegawainya sejak tahun 1996), Bu Entin sudah menerapkan jurus deferensiasi. Bu Entin berani tampil beda dengan ide sate hati sapi raksasa dan sate seafood yang juga berukuran tidak biasa. Ditambah dengan adonan sambalnya yang mirasa, membuat faktor pembeda itu semakin mantap pada posisinya dan bertahan hingga kini. Akhirnya terbentuklah brand image Bu Entin yang seakan menjadi jaminan kepuasan pelanggannya.
    Bu Entin memang luar biasa, masakannya maksudnya……. Meski yang menyajikan masakannya sebenarnya juga bukan Bu Entin sendiri melainkan para pegawainya. Tapi nama kondangnya sudah cukup untuk memanipulasi seperti apapun kualitas kemahiran memasak pegawainya. Siapapun pengunjung yang datang untuk menikmati sate raksasa dan sate seafood Bu Entin, maka yang terbayang adalah buah karya tangan Bu Entin.
    Layaknya sebuah kesuksesan, maka kemudian berduyun-duyun para pengikut meniru jejak Bu Entin membuka usaha rumah makan sejenis di seputaran kawasan Labuan. Namun tetap saja Rumah Makan Bu Entin yang paling banyak diminati sehingga bukannya pengunjungnya berkurang, malahan semakin dikenal.
    Bu Entin
    Kendati tampilan warungnya terkesan sangat sederhana, namun sajian cita rasa yang ditawarkan sungguh tidak sesederhana tampilannya, melainkan membuat kangen banyak pelanggan setianya terlebih bagi pengunjung fanatik yang sudah telanjur cocok dengan masakan Bu Entin.
    Seorang pengunjungnya yang datang dari mancanegara saking terkesannya dengan masakan sate seafood Bu Entin, sampai menyempatkan untuk menuliskan sebuah puisi berjudul “Seafood of Love”, yang kini dipajang di dinding Rumah Makan Bu Entin. (Yusuf Iskandar - madurejo.wordpress.com)

    Menyantap Sate Padali Sebelum Masuk Sumur

    Warung PadaliKenali dan Kunjungi Objek Wisata di Pandeglang
    Warung sate itu bernama Padali. Jangan salah, bahwa Padali itu bukan suaminya Bu Dali. Awalnya saya juga mengira demikian (sebutan khas orang Sunda yang biasa menulis Pa untuk Pak). Padali adalah nama tempat atau kampung dimana warung itu berada.
    Warung Sate Padali saya jumpai di rute perjalanan dari arah Labuan menuju Legon, dermaga penyeberangan ke pulau Umang, Pandeglang, Banten. Kira-kira 13 km sebelum masuk Sumur, perlu hati-hati (namanya juga mau masuk sumur……). Di sana ada perempatan jalan kecil yang cukup padat kalau siang hari karena selain jalannya relatif sempit meski beraspal, tapi lokasinya berdekatan dengan pasar dan pusat kegiatan ekonomi masyarakat kampung Padali.
    Untuk menuju ke Sumur, sesampai di perempatan Padali belok ke kanan. Tapi kalau mau mengisi perut dulu, ambil jalan lurus sedikit dan berhenti di sebelah kanan jalan. Sebuah spanduk warna putih bertuliskan cukup jelas memberitahu keberadaan Warung Sate Padali. Di daerah sepanjang rute ini memang tidak banyak pilihan warung makan. Setidak-tidaknya saya sudah berusaha mencarinya sejak dari kawasan Sumur dan belum menemukan yang pas di hati, hingga akhirnya ketemu warung sate Padali. Maka warung sate Padali bisa jadi pilihan di antara yang tidak banyak itu.
    Apa menu yang ditawarkan? Menu unggulannya adalah sate kambing, sate sapi dan sop kikil kambing. Masih ada asesori tambahan yaitu krecek kambing. Krecek di sini bukan seperti krecek-nya orang Jogja yang disebut koyoran yang berbahan kulit sapi dan biasanya dimasak sambal goreng pelengkap gudeg atau sayur brongkos. Krecek kambing di sini adalah potongan-potongan jerohan kambing, seperti babat, usus, limpa dan kawan-kawannya, yang digoreng dan berasa gurih. Meski tersedia juga menu lainnya bagi yang tidak suka daging-dagingan.
    Menyesuaikan dengan kondisi perut yang sudah mendendangkan irama macam-macam, maka malam itu saya memesan sate kambing, sopi kikil kambing, sedikit krecek kambing karena penasaran ingin mencoba rasanya, ditambah dengan petai bakar. Tidak terlalu lama untuk menunggu disajikan. Satenya disajikan dengan bumbu ganda, ada bumbu kecap dan ada bumbu kacang. Bumbu kacangnya sungguh sedap, agak manis dan agak pedas. Lebih sedap lagi ketika setusuk sate kambing panas dioleskan pada kedua bumbu yang dicampurkan. Wuih……, sepertinya tidak sabar ingin segera menelan semuanya……
    Tapi namanya juga manusia, panjang ususnya tentu saja terbatas. Belum habis seporsi sate yang terdiri dari 10 tusuk, diselingi dengan mengerokoti kulit kikil kambing yang lunak dengan bumbu sopnya pas benar, masih diselingi dengan gigitan-gigitan krecek kambing, akhirnya ibarat lomba lari belum sampai garis finish sudah klepek-klepek……., kecepatan terpaksa dikurangi. Perut kemlakaren……., kekenyangan.
    Paduan rasa dan bumbunya secara keseluruhan cukup memuaskan. Hanya sayangnya agak kurang pandai memilih daging, sehingga ada beberapa potong daging kambing yang kenyal dan alot dikunyah. Tapi, it’s OK. Harganya tidak semahal di kota. Di kawasan ini harga makanan relatif murah, meski lokasinya jauh dari mana-mana.
    ***
    Penjual sate yang saya lupa menanyakan namanya dan mengaku berasal dari Purwakarta ini rupanya sudah sekitar empat tahunan berjualan sate di Padali. Kini warung satenya semakin ramai dikunjungi para pemakan (orang yang mencari makan di luar, maksudnya). Terutama sejak di dekat sana ada aktifitas ekonomi baru, yaitu usaha pertambangan emas di wilayah kecamatan Cibaliung.
    Kawasan barat wilayah kabupaten Pandeglang yang selama ini dikenal sebagai daerah yang kurang subur untuk usaha pertanian, kini kehidupan ekonomi sebagian penduduknya menjadi agak terangkat. Terutama mereka yang mempunyai keterampilan untuk dididik menjadi tenaga kerja tambang. Kawasan itu juga menjadi lebih ramai dibanding sebelumnya, dengan adanya penduduk pendatang yang bekerja di tambang.
    Sepasang suami-istri penjual sate itu pun kini bisa tersenyum gembira, tiga ekor kambing siap disembelih setiap harinya guna memenuhi permintaan penggemar satenya. Kalau daging sapinya cukup dengan membelinya di pasar.
    Warung sate ini dari luar masih terlihat sangat sederhana dan terkesan ndeso, meja dan bangkunya juga seadanya, dan sebaiknya tidak dibayangkan seperti warung sejenis di kota. Namun saya yakin tidak lama lagi warung sate ini akan tampil beda, baik tampilan tempat maupun pelayanannya. Racikan bumbu sate dan sopnya cukuplah menjadi modal bagi kesuksesan warung ndeso ini kalau saja mereka pandai mengelola warungnya yang ada sekarang.
    Belum lagi kalau pengunjung ke obyek wisata pantai Sumur, pulau Umang dan sekitarnya semakin ramai. Bolehlah pemilik warung sate ini berharap agar dalam perjalanan wisatanya orang-orang mau mampir menyantap sate Padali dulu sebelum masuk Sumur. (Yusuf Iskandar - madurejo.wordpress.com)

    [Selengkapnya] - Kenali kuliner tak terlupakan di Kabupaten Pandeglang

    Kenali wisata kuliner di Pandeglang

    Bubur Ayam Belakang Pasar (Bekas Terminal)

    Kenali dan Kunjungi Objek Wisata di Pandeglang
    Jika anda datang dari arah Jakarta, sebelum lapangan Sukarela ada jalan ke kiri, ikuti saja terus nanti pas melewati turunan, menjelang tanjakan, persisnya di sebelah kanan dengan tempat yang tidak terlalu mencolok, ada bubur pinggir jalan, tanpa papan nama. Tempatnya agak tinggi dari jalan raya, penjajanya seorang "ibu-ibu", biasanya dibantu oleh temannya. Kalau pagi-pagi, biasanya tempat itu ramai dikunjungi para pembeli sehingga untuk parkir mobil agak sulit. Berbeda dengan bubur lainnya, bubur ini lebih encer (seperti bubur sop), namun bumbunya lebih gurih dan lebih lezat dibandingkan bubur sejenisnya. Kuahnya berwarna bening seperti kuah sop, namun rasa gurihnya cukup kuat sehingga menggugah selera. Meski disajikan dalam mangkok yang agak besar, karena lezatnya menyantap satu porsi saja tidak akan pernah cukup. Taburan kacang, bawang goreng dan daun seledri atau daun bawang membuat rasa bubur ini makin ‘semriwing’, sangat nikmat disantap dalam keadan panas.Sebaiknya bubur tidak diaduk, tapi dimakan sedikit-demi sedikit, mulai dari pinggir sampai ke tengah, hal ini untuk membagi rata bumbunya agar pada suap terakhir masih melekat rasa bumbunya. Jika diaduk, maka penampilannya kurang indah, dan kerupuk melinjo (emping) yang ditaburkan diatasnya akan melempem, mengurangi rasa nikmatnya. Taburan daging ayam kampung yang disuwir-suwir akan menambah kenikmatan santapan. Harga memang di atas rata-rata bubur lainnya yang hanya Rp 5 ribu rupiah, bubur ini Rp 7 ribu seporsinya. Satu objek wisata kuliner yang patut anda kunjungi selagi berwisata di kabupaten Pandeglang.

    Nasi Uduk Mak Ijah, Pasar Pandeglang
    Kenali dan Kunjungi Objek Wisata di Pandeglang
    Tempatnya di emperan toko-toko, dan hanya berjualan di malam hari saat toko telah tutup. Apabila anda mencarinya di siang hari, dijamin tak akan menemukan nasi uduk Mak Ijah di sini. Letaknya di seberang Pasar Badak, Pendeglang. Jika anda dari arah Jakarta, maka letaknya di sebelah kanan jalan. Anda perlu putar balik di dekat alun-alun, lalu menepilah di salah satu emperan dimana tertulis: “Nasi Uduk Mak Ijah”.Seperti layaknya penjaja makanan di emperan, tempatnya tidak terlalu mencolok, bahkan seringkali terlewati bagi mereka yang belum begitu hafal lokasi. Tanda satu-satunya adalah etalase kaca yang tinggi bertuliskan Nasi Uduk Mak Ijah itupun terkadang tidak begitu jelas karena disilaukan lampu yang dipasang menempel di kaca etalase bagian depannya. Melihat kondisi tempat seperti itu, kebanyakan orang menerka rasanya pasti biasa saja. Namun ternyata tidak, nasi uduknya gurih dan khas, apalagi jika ditaburi bawang goreng nan renyah, rasanya kian melambung. Bagi yang telah terbiasa, begitu masuk, setelah pelayan menyiduk nasi uduk di piring, ia akan menyerahkan piring itu kepada anda untuk mengambil sendiri lauk-pauk dan sayuran yang diinginkan. Anda bebas memilih aneka lauk-pauk yang lezat: mulai dari semur jengkol, telur dadar, sate, usus,
    dendeng, ikan dll.

    Lalu, apa istimewanya Nasi Uduk Mak Ijah? Cobalah rasakan kelezatan dan gurihnya semur jengkol. Hmmmm, manstap. Tentu ini hanya dapat dinikmati oleh pembeli yang suka dengan semur jengkol, bagi yang tidak suka, bisa memilih menu lain seperti sayur tahu, tempe oreg, atau lainnya. Saat kita duduk dan mulai menyuap nasi, di meja tersedia aneka lalapan seperti sintrong, kemangi, toge mentah, kacang panjang, timun, bahkan sesekali ditemukan "reungdeu", sejenis daun-daunan yang rasanya aneh, namun nikmat. Sering juga ditemukan lalapan berupa daun jambu mede plus daun payanya. Kedua daun yang rasanya pahit tersebut, jika dimakan dalam komposisi yang tepat, ternyata menimbulkan rasa baru, gurih plus nikmat, pahitnya lenyap tak tersisa, apalagi jika dimakan dengan sambel bercampur kecap manis. Rasanya mengalahkan menu termahal sekali pun di Hotel seperti Ritz Cartlon. Tekstur nasi uduknya juga lain, lebih gurih dan kenyal, sehingga menjadi kenikmatan tersendiri dalam menyantapnya.

    Semua sajian nikmat tersebut tidaklah sebanding dengan harga yang ditawarkan, sangat ekonomis dan cocok sekali di saat krisis global melanda dunia dewasa ini. Jika anda makan dengan bermacam lauk, dengan uang tak lebih dari Rp 10.000 anda akan merasa sangat puas. Tak heran jika warung nasi ini selalu ramai dipadati oleh pengunjung, mulai dari pejalan kaki hingga bermobil mewah, semuanya berbaur menikmati sajian yang legendaris ini. Kenapa legendaris? karena warung ini ada sejak puluhan tahun lalu. Penasaran? Cobalah untuk kunjungi nasi uduk mak Ijah sembari menikmati udara malam khas kota Pandeglang.

    Sedapnya Sate Kerbau Cikadueun
    Kenali dan Kunjungi Objek Wisata di Pandeglang
    Kebanyakan tempat yang menyajikan menu lezat di Pandeglang hadir dalam penampilan sangat sederhana.Warungnya tidak mencolok, tidak mewah atau berkesan mahal dan glamour justru sebaliknya di warung sederhanalah tersaji menu istimewa yang terasah bertahun-tahun hingga tetap diminati para pelanggan. Kebanyakan dari mereka pun tidak ingin mengubah penampilan warungnya menjadi lebih modern, mungkin mereka mengira akan ditinggalkan oleh para pelanggan setianya. Tersebutlah sebuah warung makan sangat sederhana di Cikadueun. Tidak ada papan nama, tidak ada pula buku menu atau meja-kursi yang tertata rapi. Warung tersebut hanyalah sebuah warung pinggir jalan seperti biasa. Tandanya hanyalah tempat duduk (amben) kayu yang sudah tua, tempat pelanggan duduk atau tidur-tiduran sehingga kayunya jadi mengkilap.
    Ciri khas lainnya adalah sederet makanan kecil yang digantung atau digelar diatas baki yang diletakan di bagian depan. Jika anda masuk, barulah tampak etalase berbingkai kayu yang sudah lusuh. Di dalamnya tersaji hidangan lezat menggugah selera.

    Lokasi

    Bagi orang Pandeglang, tentu tidak sulit mengetahui dimana itu Cikadueun. Terletak di sebelah Barat dari Kota Pandeglang, berjarak sekitar 15 km arah Barat Pandeglang. Berada diantara Saketi dan Cipeucang, tempat itu selalu ramai oleh para peziarah dari luar kota. Sering kali tampak terparkir bis-bis besar atau kendaraan pribadi lainnya yang membawa para peziarah. Mereka datang dari berbagai penjuru kota untuk berziarah ke makam keramat yang ada disana. Cikadueun hanyalah sebuah tempat persinggahan sementara bagi para sopir, umumnya sopir truk membawa muatan kelapa, pisang atau hasil hutan ke Jakarta. Tempatnya berada di tikungan jalan yang dilintasi oleh bekas rel kereta api yang kini sudah tertimbun aspal. Bekas stasiun Cikadueun serta rel kereta masih bisa disaksikan, dan cukup memprihatinkan, dengan kondisi rel tergantung akibat bantalannya hilang dan tanahnya erosi.

    Letak warung itu ada di sebelah kiri jika kita dari arah Pandeglang. Di Seberang bekas stasiun Cikadueun. Teras warung hanya dapat menampung maksimal 2 kendaraan kecil. Jika banyak pelanggan yang membawa mobil, biasanya memarkir di seberang jalan atau agak jauh ke depan, disana tersedia tempat parkir yang luas.

    Menu

    Begitu masuk warung, anda akan disambut oleh penjaga warung yang ramah dan tidak banyak bicara. Salah seorang penjaganya adalah seorang pria muda yang gendut, biasanya bersama saudara perempuan atau Ibunya. Selain menu makanan yang disimpan dalam etalase, di atas meja sudah tersaji beberapa menu lain yang langka, seperti sayur rebung, sayur kulit melinjo, pepes burih, pepes belut atau ikan mas. Di meja juga tersedia lalapan daun sintrong, sambal, atau sayur asem serta ikan mas goreng dan ayam. Sedangkan dalam etalase, biasanya tersimpan sate daging kerbau yang belum dihangatkan serta ikan laut goreng dengan potongan yang lumayan besar. Tersaji ikan laut goreng seperti ikan layur, ikan sebelah, ikan banyar, ikan tongkol, ikan kakap, dll.

    Begitu duduk, penjaga warung akan langsung menyinduk nasi dan kita bebas memilih menu apa yang disukai. Jika menunya ada di atas meja, tinggal ambil saja. Namun untuk menu di dalam etalase, tentu harus penjaga yang mengambilnya. Jika kita menghendaki sate daging, maka penjaga akan menghangatkannya terlebih dahulu sehingga rasanya kian lezat dan hangat. Oh ya, tekstur nasinya berbeda dengan nasi yang lain, karena cara masaknya yang masih menggunakan kayu bakar. Nasi yang sudah matang kemudian ’diakeul’, mungkin inilah yang membuat rasa nasi tersebut jadi kenyal dan enak rasanya. Bahkan pernah suatu saat, ketika saya mengajak anak-anak makan disana, salah seorang anak saya menegur sopir saya yang duduk disampingnya karena dia pikir sopir itu yang mengambil nasi dari piring anak saya. Ternyata, anak saya tidak sadar bahwa nasi di piringnya sudah habis dia makan, tanpa terasa. Itulah nasi Cikadueun, sangat nikmat, dimakannya tidak terasa sampai habis.

    Hidangan andalan lainnya yang sering jadi perbincangan adalah sate kerbau. Berbeda dengan sate pada umumnya yang sering terasa keras dan menyisakan irisian daging nyelip diantara gigi, sate ini begitu lembutnya. Rasanya gurih dan manis, apalagi kalau dihangatkan terlebih dahulu. Biasanya dimakan dengan sambal yang dicampur kecap, akan melipatgandakan rasa lezatnya hingga optimal. Kelezatan makan di sini kian melambung manakala sayur asem kita seruput langsung dari mangkuknya. Jangan gunakan sendok, karena akan mengurangi kenikmatannya minimal sampai 50% Hmmm, sungguh terasa kesegarannya.

    Jika lauk-pauk di piring kita kurang lengkap, mintalah sepotong ikan kakap goreng atau ikan layur besar yang masih segar. Sungguh tak terlupakan rasa gurihnya. Kelezatan ikan goreng ini karena teknik memasak yang cekatan serta cara memilih ikan yang masih segar, tanpa pengawet.

    Soal harga? Jangan khawatir, hanya dengan uang sekitar Rp 10.000, anda sudah dapat menikmati sajian lezat dengan sate kerbau atau ikan goreng beserta sayur asem, sambal, lalapan bahkan kerupuk jika suka. Menu sayuran rebung, sayur asem, kulit melinjo atau lalapan yang digelar di atas meja biasanya gratis. Jika Anda datang sudah terlampau larut, jangan harap menunya masih lengkap, biasanya beberapa menu andalan sudah habis. Maka datanglah saat yang tepat, yaitu di sekitar sore hari atau sebelum jam 8 malam. Selamat menikmati....(Mohammad Zen - Cintapandeglang.com)

    [Selengkapnya] - Kenali wisata kuliner di Pandeglang

    Kenali salah satu kesenian Pandeglang

    Rampak Bedug
    Kenali dan Kunjungi Objek Wisata di Pandeglang
    Rampak Bedug merupakan tarian beratraksi instrumen perkusi berupa empat bedug berbagai ukuran dihiasi ikatan kain merah biru dan ditabuh(dipukul) oleh pemain yang berdiri di depannya Diiringi kelompok musik dengan bedug berbagai ukuran sahut menyahut menciptakan irama tabuhan harmonis. Sesekali terdengar suara mirip suara instrumen musik tiup dari mulut para pemainnya, meski tak satupun alat musik tiup digunakan dalam atraksi ini. Seni Rampak Bedug berawal dari kebiasaan penduduk berkeliling kampung sambil memukul (menabuh) bedug dikala sahur saat bulan puasa. Kebiasaan tersebut dilakukan secara berkelompok dan saling berpencar satu sama lain sehingga tak jarang pertemuan antara kelompok berujung saling adu kekuatan menabuh bedug. Tradisi ini kemudian dijadikan ajang untuk beradu keras menabuh bedug kini dikenal sebagai "ngadu bedug".

    [Selengkapnya] - Kenali salah satu kesenian Pandeglang