Senin, 11 Juli 2011
Daya Tarik Ujung Kulon
Tiga titik masuk untuk pengunjung Nasional Ujung Kulon adalah Taman Jaya, Pulau Peucang dan Pulau Handeuluem. Dua daerah kurang dikunjungi, Pulau Panaitan dan Rentang Gunung Honje , bisa dicapai dari pintu masuk ini atau langsung dari Labuan
AREA TAMANJAYA
Desa Tamanjaya, di mana jalan menyusuri garis pantai berakhir, hanya sisi batas taman. Ini adalah titik masuk utama untuk trekking ke dalam taman dan mengunjungi Pulau Handeuleum.
Desa ini menyenangkan memberi nuansa kehidupan kampung dan menawarkan baik berjalan pendek maupun panjang di wilayah Gunung Honje dan pantai selatan. Perjalanan Perahu ke Kepulauan Handeuleum dan Peucang dapat ditempuh dari Tamanjaya.
BERJALAN DAN PERJALANAN
Ini berjalan singkat menyusuri Tamanjaya desa dan areal persawahan mengarah ke sumber air panas begitu masuk dalam taman hanya dalam batas taman.
PERJALANAN BERJALAN KALEJETAN
Jejak untuk Kalajetan melewati hutan dengan berbagai satwa liar termasuk babi, tupai dan monyet. di pantai selatan area berkemah dan pos jaga mengamati gelombang menyapu pantai berpasir Kalejetan dan tempat penggembalaan bateng. Buaya juga ditemukan di laguna dekatnya dan kadang-kadang terlihat badak di wilayah ini. Berjalan ini sangat memberikan kesenangan baik pengalaman hutan dan pantai.
Perjalanan Pulau Handeuleum
Lintang Barat Teluk Selamat Datang dengan perahu nelayan lokal ada Pulau Handeuleum antara kelompok aa pulau kecil di lepas Semenanjung Ujung Kulon.
Wilayah Pulau Peucang
Pulau yang unik dan menyenangkan Peucang terletak di perairan laut teduh di lepas pantai utara barat Semenanjung Ujung Kulon. Pantai pasir putih dan terumbu karang menyimpan dunia kehidupan laut yang menarik, sementara hutan lindung Pulau Peucang yang mengesankan merupakan tempat satwa liar yang berlimpah, beberapa di antaranya tempat merumput dan bermain di sekitar penginapan. Berlawanan Pulau Peucang di sepanjang 800 meter adalah Semenanjung Ujung Kulon dengan berbagai daya tarik.
Berenang dan Menyelam
Pantai Pulau Peucang adalah hebat untuk berenang dan snorkling terumbu dangkal juga ditemukan di sepanjang pantai, untuk snorkeling lebih dalam ada terumbu karang di sebelah timur, tengah antara pulau dan daratan. Daerah Scuba diving juga ditemukan di barat dan di beberapa lokasi lainnya dari Pulau Peucang.
BERJALAN DAN TRIPS
Berjalan Karang Copong
Ini berjalan menyenangkan di utara pulau Peucang melewati hutan yang menjulang tinggi ke luar gerbang batu yang merupakan kolam terumbu Karang Copong. Jejak mengarah ke atas sebuah tebing yang menghadap ke terumbu dari mana matahari tropis terbenam yang spektakuler dapat dilihat. Dari titik ini jejak alternatif kembali ke penginapan.
Perjalanan Teras Citerjun
Terletak di timur laut semenanjung daratan adalah teras kalsifikasi dan stalaktit yang diciptakan oleh air citerjun tersebut. Ini adalah sisa-sisa formasi yang spektakuler pernah tercatat oleh pelaut awal yang hancur oleh gelombang pasang surut Krakatau 1883.
Perjalanan Penggembalaan Cidaon
terletak di Semenanjung seberang Pulau Pucang, ini padang rumput besar dengan sebuah menara pengamatan merumput untuk banteng, babi, monyet, burung merak dan pada kesempatan yang sangat langka Jawa Rinoceros. Pagi atau sore hari adalah waktu terbaik untuk mengunjungi.
Perjalanan Sungai Ciujung
Hanya di timur perairan Cidaon dari bentuk Ciujungkulon rute perahu mampu melalui menjorok Nypa sebuah rawa.
Berjalan Cibunar
Dari Cidaon selatan jejak melalui hutan hujan megah, melintasi pelana yang rendah, bergabung dengan Cibunar sungai terus landai kliring dan rock di pantai selatan. hanya bangsal barat sungai Cibunar mulut dan taman pos penjagaan. Monyet, bantemg, babi dan jalur badak yang sering terlihat di jalan ini dan menyediakan profil yang sangat baik dari vegetasi taman.
Tanjung Layar
ada dua cara untuk mencapai Tanjung Layar. Dari mereka memilih berjalan lebih pendek. perahu perjalanan 3 km sebelah barat ke pantai Semenanjung Cibom sebuah. Di Cibom merupakan sisa-sisa port angkatan laut yang diusulkan yang dimulai pada 1808 dan dari ditinggalkan karena kesulitan dan un politik berat, dan tempat tinggal di dekatnya berisi informasi tentang mereka wilayah. Para pengikut jejak pantai barat melewati mercusuar currecnt. dari menara ini adalah pemandangan spektakuler dari kasar headlandsâ € ™ dan pulau bawah (izin harus diperoleh dari staf mercusuar untuk memasuki properti dan klip menara mercusuar. Rute terus reruntuhan bangunan awal dari mana sebuah tangga naik 40 m Gertakan ke Situs Sejarah Tanjung Layar di mana dua mercusuar sebelumnya dan perempat staf dibangun di 1800-an.
Tanjung Layar (Via Cidaon)
Semakin lama berjalan ke Tanjung Layar melibatkan naik perahu singkat untuk Cidaon sungai Pulau Peucang berlawanan. Jejak mengikuti pantai barat melalui hutan hujan pesisir Cibom dan terus di sepanjang pantai ke situs sejarah.
Berjalan dan Perjalanan
Alter mengambil perahu untuk Cibom rute perjalanan langsung ke Ciramea berpikir hutan ke tempat penampungan di selatan dan ikuti pantai melalui inletts berbatu dan hutan pantai ke ujung utara af ciramea bach. Salah satu dari rute ini dapat digunakan untuk perjalanan pulang.
Wilayah Pulau Handeuleum
Terletak di antara sekelompok pulau-pulau kecil tak jauh dari utara timur pantai Semenanjung Ujung Kulon, daerah pulau Handeuleum menawarkan pengalaman sungai dengan berbagai hutan, satwa liar dan lahan basah di lokasi damai penuh jauh dari rute wisata utama.
Berjalan dan Perjalanan
Ini berjalan singkat hutan di seluruh pulau, rumah monyet dan rusa, memiliki pemandangan pantai Semenanjung dan pulau yang berdekatan.
Penggembalaan Cigenter
Ada beberapa cara untuk mencapai dasar merumput dan paling langsung adalah dengan perahu ke dermaga di dekat muara sungai Cigenter meskipun rute alternatif melalui forrest itu bisa lebih menarik. Satwa liar merumput termasuk banteng, babi, rusa, merak dan burung tunneling.
Perjalanan Sungai Cigenter
Canoe perjalanan menyusuri Sungai Cigenter agak dipengaruhi oleh pasang surut dan pohon-pohon di seberang sungai dan jika kondisi benar sampan-sampan dapat melakukan perjalanan jauh ke dalam hutan. Para cigenter yang berliku-liku berpikir hujan perairan hutan lebat menggantung, habitat ular dan burung enggang di mana buaya dan badak juga dapat de dilihat pada kesempatan langka. Pesona sungai ini terletak pada tranquile keindahannya, purba.
Berjalan Cihandeuleum
luar alasan penggembalaan rute musim kering melalui hutan di daerah antara sungai Cigenter dan Cikembeumbeum. Atraksi termasuk pohon ara besar, populer dengan kehidupan liar, yang memperpanjang di wilayah yang luas. Hewan treks di tempat tidur sungai dan lahan basah di daerah merekam kegiatan satwa liar dan badak dan macan tutul trek yang sering terlihat.
Cikabeumbeum dan Cihandeuleum Trip Sungai
Selatan Pulau Handeuleum timur tiga outlet sungai mempesona dan mencapai mereka yang lebih rendah dapat dieksplorasi dengan perahu gelombang pasang yang tinggi. Dari hutan laut datang kloning aneh suara yang diciptakan oleh kepiting dan di luar adalah perairan dalam diam.
AREA PULAU PANAITAN
Panaitan yang bangkit dari bukit hutan murni dengan satwa liar rusa, babi, monyet, buaya, biawak ular besar dan berbagai kehidupan burung pada patung-patung Hindu kuno di puncak-puncak gunung Raksa. Pulau Panaitan kasar dan lebar pantai berpasir pantai karang diving scuba tempat penampungan beberapa dan menciptakan gelombang berselancar yang luar biasa
SURFING DAN DIVING
Ada beberapa lokasi scuba diving yang baik di lepas pantai pulau Panaitan utara dan timur termasuk karang Batu Pitak dekat Butun Lagon tapi menyelam di sekitar Pulau Panaitan tidak direkomendasikan untuk pemula
Gunung Rakasa Berjalan
Dari Citambuyung pendakian jejak Hindu patung Ganesha dan lingga simbol Siwa di puncak Gunung Raksa. Ini tanggal patung dari periode pra-Islam dalam sejarah Indonesia dan n patung Ganesh adalah kepentingan tertentu karena tidak seperti orang lain ditemukan di Indonesia.
Lagon Berjalan Sabini
Dari Lagoon B Butun jalan melintasi utara barat Bajo Lagoon sebuah kemenangan pantai terus pantai berpasir putih, terumbu karang dan rawa-rawa Lagoon Sabini di kepala Teluk Kasuaris.
AREA GUNUNG HONJE
Lereng kisaran ini adalah habitat owa Jawa terancam punah dan berbagai hewan dan burung. Desa-desa di daerah ini jarang dikunjungi oleh wisatawan dan memberikan wawasan ke dalam kehidupan Sudan tradisional.
BERJALAN DAN PERJALANAN
Gunung Honje Berjalan
Pendakian Gunung. Honje dimulai dekat Tamanjaya di Cimenteng dan aksen melalui hutan menuju puncak dengan pemandangan Teluk Menyambut semut Semenanjung Ujung Kulon.
Cegog melalui Ranacecet
luar Cibadak jalan menjadi jalur sepeda motor atau berjalan melewati kamung beberapa desa pesisir terpencil di suatu Rancecet Cegog di sudut tenggara Ujung Kulon.
Peta Lokasi Surfing Panaitan
Titik Merah merupakan lokasi surfing di Pulau Panaitan dan Pulau Peucang
Nama lokasi (titik) surfing di pulau Panaitan dan Ujung Kulon.
Sumber: www.surfingpanaitan.com
Senin, 16 November 2009
Kenal peta Kabupaten Pandeglang
Kenali dan Kunjungi Objek Wisata di Pandeglang
Peta Wilayah
Peta Kabupaten Pandeglang
Peta Jarak Tempuh
Minggu, 15 November 2009
Kenali beberapa panganan khas Pandeglang
Berikut beberapa panganan khas Pandeglang:
Kenali dan Kunjungi Objek Wisata di Pandeglang
Kue Pasung
Kue Pasung, berbentuk kerucut berasa legit isinya berwarna kecoklatan dan kenyal berselimutkan daun pisang. Kue Pasung ini juga terbuat dari tepung beras, hanya saja ada adonan kue ini terdiri dari dua adonan, campuran tepung beras dan gula aren/merah, kemudian adonan tepung sagu dan santan untuk membuatnya jadi kenyal. Biasanya di dalam adonannya selain tepung beras, gula aren/merah, tepung sagu dan santan yang diuleni, ditambahkan juga potongan kelapa atau nangka sehing kue-nya lebih bertekstur dan wangi.Teknik memasaknya juga unik, adonan tepung beras dan gula merah dimasukkan sebanyak ¼ kedalam contong kemudian dikukus sampai mengeras kemudian diangkat dan masukkan adonan santan dan tepung sagu kemudian kukus lagi sampai matang kurang lebih 15 menit. Coba gigit pelan-pelan kue ini dari bagian paling atas, kamu akan merasakan lelehan gula aren yang manis dan tekstur adonan yang tidak terlalu kenyal. Lembut dan terasa aroma kelapanya, kemudian gigit sampai habis manisnya gula aren semakin berpadu dengan kenyalnya adonan tepung beras.
Kue Jojorong
Jojorong, berbentuk seperti mangkuk dari daun pisang isinya berwarna putih terdapat gula aren cair pada dasarnya. Pembuatan kue ini juga sangat mudah, hanya butuh mencampurkan tepung beras dan santan kelapa mentah kemudian kita siapkan tempat atau mangkuk kuenya yang berbetuk persegi dan terbuat dari daun pisang dengan ujung-ujungnya di steples atau disemat dengan tusuk gigi. Kemudian masukkan gula aren atau bisa juga gula merah yang sudah dimasak hingga sedikit mengental namun tidak terlalu cair, baru masukkan adonan santan dan tepung berasnya, kemudian dikukus sekitar 15 menit. Uniknya Jojorong ini, kita memang seperti menebak-nebak seperti apa asli kuenya.
Gemblong
Rangginang
Apem putih
Kue apem terbuat dari tepung beras dan tape singkong. Rasanya nikmat jika dicampur dengan gula merah atau sirop. Orang melahapnya saat berbuka puasa. Karena itu, pembuatan kue ini dilakukan hanya selama bulan puasa. Menurut Dati, pembuatan kue apem putih di Cimanuk itu sudah turun-temurun dan ia tidak mengetahui secara pasti sejak kapan kue ini mulai populer.
Angeun Lada
Angeun Lada atau sayur lada, masakan berupa sayur yang dicampur dengan daging kerbau atau sapi dan menggunakan daun khas bernama daun walang yang wanginya sangat menyengat seperti binatang walang sangit.
Rasa masakan ini sangat kaya rempah dan pedas, tak salah disebut sayur lada, karena kuahnya seperti dicampur beribu lada. Sayur ini sangat terkenal di Pandeglang, karena hanya disini tumbuh daun Walang. Karena saking jarangnya orang yang memiliki tanaman Walang, sayur Angeun Lada ini juga sudah jarang ditemui di Banten. Dulunya sayur ini juga disajikan di acara tertentu seperti tahlilan, aqiqah, atau tasyakuran.
Tape Ketan
Sabtu, 14 November 2009
Kenali beberapa tempat di Pandeglang
Ada beberapa tempat yang hanya anda dapati di Pandeglang sbb:
Kenali dan Kunjungi Objek Wisata di Pandeglang
- Gardu Tanjak
- Ciherang
- Ciekek
- Kebon Cau
- Kebon Asem
- Cikacepet
Kenali nama jalan di Pandeglang
Berikut ini nama-nama jalan yang ada di Pandeglang. (Mungkin saat ini sudah berganti nama) untuk kita Kenali dan Kunjungi Objek Wisata di Pandeglang
- Jalan Alun-Alun Barat (Jalan Jendral Ahmad Yani)
- Jalan Alun-Alun Utara (Jalan Mayor Jendral Widagdo)
- Jalan Alun-Alun Timur (Jalan Labuan)
- Jalan Alun-Alun Selatan (Jalan Kyai Haji Mohammad Idrus)
- Jalan Masjid
- Jalan Yumaga (Yusuf Martadilaga)
- Jalan Ciwasiat
- Jalan Jendral Ahmad Yani
- Jalan Letnan Bolang
- Jalan Ciherang
- Jalan Fatoni
- Jalan Gunung Karang
- Jalan Taman Makam Pahlawan
- Jalan Mayor Widagdo
- Jalan Lapangan Sukarela
- Jalan AMD (ABRI Masuk Desa)
- Jalan Keraton
- Jalan Labuan
- Jalan Juhut
- Jalan Moelkita
- Jalan Rangkasbitung
Selasa, 03 November 2009
Kenali kuliner tak terlupakan di Kabupaten Pandeglang
”Seafood of Love” untuk Satenya Bu Entin
Kenali dan Kunjungi Objek Wisata di Pandeglang
Labuan hanyalah kota kecamatan di kawasan pantai barat Banten. Tidak jauh ke sebelah selatan dari pantai Carita yang belakangan lebih terkenal itu. Namun kalau kebetulan pergi berlibur ke pantai Carita, sebaiknya jangan lewatkan untuk mampir ke Labuan, lalu carilah Rumah Makan Bu Entin di Jalan Raya Labuan Encle. Kalau kesulitan, tanya saja sama orang lewat di sana pasti tahu tempatnya.
Labuan hanyalah kota kecamatan di kawasan pantai barat Banten. Tidak jauh ke sebelah selatan dari pantai Carita yang belakangan lebih terkenal itu. Namun kalau kebetulan pergi berlibur ke pantai Carita, sebaiknya jangan lewatkan untuk mampir ke Labuan, lalu carilah Rumah Makan Bu Entin di Jalan Raya Labuan Encle. Kalau kesulitan, tanya saja sama orang lewat di sana pasti tahu tempatnya.
Apa yang menarik dengan rumah makan Bu Entin? Wow..., jangan kaget di sana ada sate raksasa…… Ini bukan menu satenya Buto Ijo, melainkan ya disediakan bagi pemangsa daging sejenis manusia yang kelaparan. Hanya manusia yang kelaparan yang sanggup menghabiskan beberapa tusuk satenya Bu Entin.
Coba simak deskripsi berikut ini : Satu tusuk sate hati sapi terdiri dari lima potong yang kalau di tempat lain barangkali satu potongnya ini sudah ekuivalen dengan setusuk sate. Satu tusuk sate cumi-cumi terdiri dari lima ekor masing-masing berukuran sebesar batu baterei D-size gemuk sedikit. Satu tusuk sate udang terdiri dari lima ekor masing-masing berukuran sekorek api besar sedikit dan ada juga yang lebih besar. Satu tusuk sate ikan (entah ikan apa) terdiri hanya seekor ikan laut kira-kira selebar peci hitam untuk sholat (tidak usah repot-repot sholat dulu untuk membayangkan, pokoknya cukup buesar….).
Belum lagi otak-otak yang bungkus daun pisangnya gosong di sana-sini dan masih panas, dipadu dengan dua macam sambal berwarna merah dan coklat muda. Masih ada urap, lalap leuncak, mentimun dan tauge kecil mentah, dsb.Dari tampilannya saja (sumprit…, saya berkata sejujurnya) ludah saya sudah tertelan beberapa gelombang. Sampai bingung saya harus memulai dari mana untuk memakannya, padahal nasi sudah dituang ke piring dari beboko (ceting) yang disediakan. Akhirnya yang saya ambil duluan malah tauge mentah saya campur dengan sambal cabe merah.
Sebungkus otak-otak saya buka kemudian dan saya dulitkan (cocolkan) ke sambal yang berwarna coklat muda. Komentar saya spontan pendek saja… “Hmm…., enak…, enak sekali….”. Pilihan hasil assessment saya memang hanya dua, enak dan hoenak sekale…..
Sejurus kemudian baru setusuk cumi, setusuk udang dan beberapa potong hati sapi yang saya dudut (lolos) dari tusuknya. Itupun sudah hampir menenggelamkan nasi di piring saya, yang kemudian malah belakangan baru saya makan nasinya. Oedan tenan……., sungguh sebuah petualangan makan-makan yang ruarrr biasa….. Setiap gigitan dan kunyahan cumi-cumi dan udangnya terasa benar sensasi seafood bakarnya. Juga potongan hati sapinya mak kress…. di gigi ketika memotong tekstur bongkahan sate hati sapi yang dibakar hingga tingkat kematangan well done (sebaiknya jangan setengah matang).
Hampir sejam kemudian, perut sudah terasa kenyang nian…… nafsu serakah seperti sulit dikendalikan, tapi apa daya kapasitas tembolok manusia memang ada batasnya.
***
Entah dimana Bu Entin pernah belajar bisnis, namun sejak awal membuka usaha (yang kata pegawainya sejak tahun 1996), Bu Entin sudah menerapkan jurus deferensiasi. Bu Entin berani tampil beda dengan ide sate hati sapi raksasa dan sate seafood yang juga berukuran tidak biasa. Ditambah dengan adonan sambalnya yang mirasa, membuat faktor pembeda itu semakin mantap pada posisinya dan bertahan hingga kini. Akhirnya terbentuklah brand image Bu Entin yang seakan menjadi jaminan kepuasan pelanggannya.
Bu Entin memang luar biasa, masakannya maksudnya……. Meski yang menyajikan masakannya sebenarnya juga bukan Bu Entin sendiri melainkan para pegawainya. Tapi nama kondangnya sudah cukup untuk memanipulasi seperti apapun kualitas kemahiran memasak pegawainya. Siapapun pengunjung yang datang untuk menikmati sate raksasa dan sate seafood Bu Entin, maka yang terbayang adalah buah karya tangan Bu Entin.
Layaknya sebuah kesuksesan, maka kemudian berduyun-duyun para pengikut meniru jejak Bu Entin membuka usaha rumah makan sejenis di seputaran kawasan Labuan. Namun tetap saja Rumah Makan Bu Entin yang paling banyak diminati sehingga bukannya pengunjungnya berkurang, malahan semakin dikenal.
Kendati tampilan warungnya terkesan sangat sederhana, namun sajian cita rasa yang ditawarkan sungguh tidak sesederhana tampilannya, melainkan membuat kangen banyak pelanggan setianya terlebih bagi pengunjung fanatik yang sudah telanjur cocok dengan masakan Bu Entin.
Seorang pengunjungnya yang datang dari mancanegara saking terkesannya dengan masakan sate seafood Bu Entin, sampai menyempatkan untuk menuliskan sebuah puisi berjudul “Seafood of Love”, yang kini dipajang di dinding Rumah Makan Bu Entin. (Yusuf Iskandar - madurejo.wordpress.com)
Warung sate itu bernama Padali. Jangan salah, bahwa Padali itu bukan suaminya Bu Dali. Awalnya saya juga mengira demikian (sebutan khas orang Sunda yang biasa menulis Pa untuk Pak). Padali adalah nama tempat atau kampung dimana warung itu berada.
Warung Sate Padali saya jumpai di rute perjalanan dari arah Labuan menuju Legon, dermaga penyeberangan ke pulau Umang, Pandeglang, Banten. Kira-kira 13 km sebelum masuk Sumur, perlu hati-hati (namanya juga mau masuk sumur……). Di sana ada perempatan jalan kecil yang cukup padat kalau siang hari karena selain jalannya relatif sempit meski beraspal, tapi lokasinya berdekatan dengan pasar dan pusat kegiatan ekonomi masyarakat kampung Padali.
Untuk menuju ke Sumur, sesampai di perempatan Padali belok ke kanan. Tapi kalau mau mengisi perut dulu, ambil jalan lurus sedikit dan berhenti di sebelah kanan jalan. Sebuah spanduk warna putih bertuliskan cukup jelas memberitahu keberadaan Warung Sate Padali. Di daerah sepanjang rute ini memang tidak banyak pilihan warung makan. Setidak-tidaknya saya sudah berusaha mencarinya sejak dari kawasan Sumur dan belum menemukan yang pas di hati, hingga akhirnya ketemu warung sate Padali. Maka warung sate Padali bisa jadi pilihan di antara yang tidak banyak itu.
Apa menu yang ditawarkan? Menu unggulannya adalah sate kambing, sate sapi dan sop kikil kambing. Masih ada asesori tambahan yaitu krecek kambing. Krecek di sini bukan seperti krecek-nya orang Jogja yang disebut koyoran yang berbahan kulit sapi dan biasanya dimasak sambal goreng pelengkap gudeg atau sayur brongkos. Krecek kambing di sini adalah potongan-potongan jerohan kambing, seperti babat, usus, limpa dan kawan-kawannya, yang digoreng dan berasa gurih. Meski tersedia juga menu lainnya bagi yang tidak suka daging-dagingan.
Menyesuaikan dengan kondisi perut yang sudah mendendangkan irama macam-macam, maka malam itu saya memesan sate kambing, sopi kikil kambing, sedikit krecek kambing karena penasaran ingin mencoba rasanya, ditambah dengan petai bakar. Tidak terlalu lama untuk menunggu disajikan. Satenya disajikan dengan bumbu ganda, ada bumbu kecap dan ada bumbu kacang. Bumbu kacangnya sungguh sedap, agak manis dan agak pedas. Lebih sedap lagi ketika setusuk sate kambing panas dioleskan pada kedua bumbu yang dicampurkan. Wuih……, sepertinya tidak sabar ingin segera menelan semuanya……
Tapi namanya juga manusia, panjang ususnya tentu saja terbatas. Belum habis seporsi sate yang terdiri dari 10 tusuk, diselingi dengan mengerokoti kulit kikil kambing yang lunak dengan bumbu sopnya pas benar, masih diselingi dengan gigitan-gigitan krecek kambing, akhirnya ibarat lomba lari belum sampai garis finish sudah klepek-klepek……., kecepatan terpaksa dikurangi. Perut kemlakaren……., kekenyangan.
Paduan rasa dan bumbunya secara keseluruhan cukup memuaskan. Hanya sayangnya agak kurang pandai memilih daging, sehingga ada beberapa potong daging kambing yang kenyal dan alot dikunyah. Tapi, it’s OK. Harganya tidak semahal di kota. Di kawasan ini harga makanan relatif murah, meski lokasinya jauh dari mana-mana.
***
Penjual sate yang saya lupa menanyakan namanya dan mengaku berasal dari Purwakarta ini rupanya sudah sekitar empat tahunan berjualan sate di Padali. Kini warung satenya semakin ramai dikunjungi para pemakan (orang yang mencari makan di luar, maksudnya). Terutama sejak di dekat sana ada aktifitas ekonomi baru, yaitu usaha pertambangan emas di wilayah kecamatan Cibaliung.
Kawasan barat wilayah kabupaten Pandeglang yang selama ini dikenal sebagai daerah yang kurang subur untuk usaha pertanian, kini kehidupan ekonomi sebagian penduduknya menjadi agak terangkat. Terutama mereka yang mempunyai keterampilan untuk dididik menjadi tenaga kerja tambang. Kawasan itu juga menjadi lebih ramai dibanding sebelumnya, dengan adanya penduduk pendatang yang bekerja di tambang.
Sepasang suami-istri penjual sate itu pun kini bisa tersenyum gembira, tiga ekor kambing siap disembelih setiap harinya guna memenuhi permintaan penggemar satenya. Kalau daging sapinya cukup dengan membelinya di pasar.
Warung sate ini dari luar masih terlihat sangat sederhana dan terkesan ndeso, meja dan bangkunya juga seadanya, dan sebaiknya tidak dibayangkan seperti warung sejenis di kota. Namun saya yakin tidak lama lagi warung sate ini akan tampil beda, baik tampilan tempat maupun pelayanannya. Racikan bumbu sate dan sopnya cukuplah menjadi modal bagi kesuksesan warung ndeso ini kalau saja mereka pandai mengelola warungnya yang ada sekarang.
Belum lagi kalau pengunjung ke obyek wisata pantai Sumur, pulau Umang dan sekitarnya semakin ramai. Bolehlah pemilik warung sate ini berharap agar dalam perjalanan wisatanya orang-orang mau mampir menyantap sate Padali dulu sebelum masuk Sumur. (Yusuf Iskandar - madurejo.wordpress.com)
Menyantap Sate Padali Sebelum Masuk Sumur
Kenali dan Kunjungi Objek Wisata di PandeglangWarung sate itu bernama Padali. Jangan salah, bahwa Padali itu bukan suaminya Bu Dali. Awalnya saya juga mengira demikian (sebutan khas orang Sunda yang biasa menulis Pa untuk Pak). Padali adalah nama tempat atau kampung dimana warung itu berada.
Warung Sate Padali saya jumpai di rute perjalanan dari arah Labuan menuju Legon, dermaga penyeberangan ke pulau Umang, Pandeglang, Banten. Kira-kira 13 km sebelum masuk Sumur, perlu hati-hati (namanya juga mau masuk sumur……). Di sana ada perempatan jalan kecil yang cukup padat kalau siang hari karena selain jalannya relatif sempit meski beraspal, tapi lokasinya berdekatan dengan pasar dan pusat kegiatan ekonomi masyarakat kampung Padali.
Untuk menuju ke Sumur, sesampai di perempatan Padali belok ke kanan. Tapi kalau mau mengisi perut dulu, ambil jalan lurus sedikit dan berhenti di sebelah kanan jalan. Sebuah spanduk warna putih bertuliskan cukup jelas memberitahu keberadaan Warung Sate Padali. Di daerah sepanjang rute ini memang tidak banyak pilihan warung makan. Setidak-tidaknya saya sudah berusaha mencarinya sejak dari kawasan Sumur dan belum menemukan yang pas di hati, hingga akhirnya ketemu warung sate Padali. Maka warung sate Padali bisa jadi pilihan di antara yang tidak banyak itu.
Apa menu yang ditawarkan? Menu unggulannya adalah sate kambing, sate sapi dan sop kikil kambing. Masih ada asesori tambahan yaitu krecek kambing. Krecek di sini bukan seperti krecek-nya orang Jogja yang disebut koyoran yang berbahan kulit sapi dan biasanya dimasak sambal goreng pelengkap gudeg atau sayur brongkos. Krecek kambing di sini adalah potongan-potongan jerohan kambing, seperti babat, usus, limpa dan kawan-kawannya, yang digoreng dan berasa gurih. Meski tersedia juga menu lainnya bagi yang tidak suka daging-dagingan.
Menyesuaikan dengan kondisi perut yang sudah mendendangkan irama macam-macam, maka malam itu saya memesan sate kambing, sopi kikil kambing, sedikit krecek kambing karena penasaran ingin mencoba rasanya, ditambah dengan petai bakar. Tidak terlalu lama untuk menunggu disajikan. Satenya disajikan dengan bumbu ganda, ada bumbu kecap dan ada bumbu kacang. Bumbu kacangnya sungguh sedap, agak manis dan agak pedas. Lebih sedap lagi ketika setusuk sate kambing panas dioleskan pada kedua bumbu yang dicampurkan. Wuih……, sepertinya tidak sabar ingin segera menelan semuanya……
Tapi namanya juga manusia, panjang ususnya tentu saja terbatas. Belum habis seporsi sate yang terdiri dari 10 tusuk, diselingi dengan mengerokoti kulit kikil kambing yang lunak dengan bumbu sopnya pas benar, masih diselingi dengan gigitan-gigitan krecek kambing, akhirnya ibarat lomba lari belum sampai garis finish sudah klepek-klepek……., kecepatan terpaksa dikurangi. Perut kemlakaren……., kekenyangan.
Paduan rasa dan bumbunya secara keseluruhan cukup memuaskan. Hanya sayangnya agak kurang pandai memilih daging, sehingga ada beberapa potong daging kambing yang kenyal dan alot dikunyah. Tapi, it’s OK. Harganya tidak semahal di kota. Di kawasan ini harga makanan relatif murah, meski lokasinya jauh dari mana-mana.
***
Penjual sate yang saya lupa menanyakan namanya dan mengaku berasal dari Purwakarta ini rupanya sudah sekitar empat tahunan berjualan sate di Padali. Kini warung satenya semakin ramai dikunjungi para pemakan (orang yang mencari makan di luar, maksudnya). Terutama sejak di dekat sana ada aktifitas ekonomi baru, yaitu usaha pertambangan emas di wilayah kecamatan Cibaliung.
Kawasan barat wilayah kabupaten Pandeglang yang selama ini dikenal sebagai daerah yang kurang subur untuk usaha pertanian, kini kehidupan ekonomi sebagian penduduknya menjadi agak terangkat. Terutama mereka yang mempunyai keterampilan untuk dididik menjadi tenaga kerja tambang. Kawasan itu juga menjadi lebih ramai dibanding sebelumnya, dengan adanya penduduk pendatang yang bekerja di tambang.
Sepasang suami-istri penjual sate itu pun kini bisa tersenyum gembira, tiga ekor kambing siap disembelih setiap harinya guna memenuhi permintaan penggemar satenya. Kalau daging sapinya cukup dengan membelinya di pasar.
Warung sate ini dari luar masih terlihat sangat sederhana dan terkesan ndeso, meja dan bangkunya juga seadanya, dan sebaiknya tidak dibayangkan seperti warung sejenis di kota. Namun saya yakin tidak lama lagi warung sate ini akan tampil beda, baik tampilan tempat maupun pelayanannya. Racikan bumbu sate dan sopnya cukuplah menjadi modal bagi kesuksesan warung ndeso ini kalau saja mereka pandai mengelola warungnya yang ada sekarang.
Belum lagi kalau pengunjung ke obyek wisata pantai Sumur, pulau Umang dan sekitarnya semakin ramai. Bolehlah pemilik warung sate ini berharap agar dalam perjalanan wisatanya orang-orang mau mampir menyantap sate Padali dulu sebelum masuk Sumur. (Yusuf Iskandar - madurejo.wordpress.com)
Kenali wisata kuliner di Pandeglang
Bubur Ayam Belakang Pasar (Bekas Terminal)
Kenali dan Kunjungi Objek Wisata di Pandeglang
Jika anda datang dari arah Jakarta, sebelum lapangan Sukarela ada jalan ke kiri, ikuti saja terus nanti pas melewati turunan, menjelang tanjakan, persisnya di sebelah kanan dengan tempat yang tidak terlalu mencolok, ada bubur pinggir jalan, tanpa papan nama. Tempatnya agak tinggi dari jalan raya, penjajanya seorang "ibu-ibu", biasanya dibantu oleh temannya. Kalau pagi-pagi, biasanya tempat itu ramai dikunjungi para pembeli sehingga untuk parkir mobil agak sulit. Berbeda dengan bubur lainnya, bubur ini lebih encer (seperti bubur sop), namun bumbunya lebih gurih dan lebih lezat dibandingkan bubur sejenisnya. Kuahnya berwarna bening seperti kuah sop, namun rasa gurihnya cukup kuat sehingga menggugah selera. Meski disajikan dalam mangkok yang agak besar, karena lezatnya menyantap satu porsi saja tidak akan pernah cukup. Taburan kacang, bawang goreng dan daun seledri atau daun bawang membuat rasa bubur ini makin ‘semriwing’, sangat nikmat disantap dalam keadan panas.Sebaiknya bubur tidak diaduk, tapi dimakan sedikit-demi sedikit, mulai dari pinggir sampai ke tengah, hal ini untuk membagi rata bumbunya agar pada suap terakhir masih melekat rasa bumbunya. Jika diaduk, maka penampilannya kurang indah, dan kerupuk melinjo (emping) yang ditaburkan diatasnya akan melempem, mengurangi rasa nikmatnya. Taburan daging ayam kampung yang disuwir-suwir akan menambah kenikmatan santapan. Harga memang di atas rata-rata bubur lainnya yang hanya Rp 5 ribu rupiah, bubur ini Rp 7 ribu seporsinya. Satu objek wisata kuliner yang patut anda kunjungi selagi berwisata di kabupaten Pandeglang.
Jika anda datang dari arah Jakarta, sebelum lapangan Sukarela ada jalan ke kiri, ikuti saja terus nanti pas melewati turunan, menjelang tanjakan, persisnya di sebelah kanan dengan tempat yang tidak terlalu mencolok, ada bubur pinggir jalan, tanpa papan nama. Tempatnya agak tinggi dari jalan raya, penjajanya seorang "ibu-ibu", biasanya dibantu oleh temannya. Kalau pagi-pagi, biasanya tempat itu ramai dikunjungi para pembeli sehingga untuk parkir mobil agak sulit. Berbeda dengan bubur lainnya, bubur ini lebih encer (seperti bubur sop), namun bumbunya lebih gurih dan lebih lezat dibandingkan bubur sejenisnya. Kuahnya berwarna bening seperti kuah sop, namun rasa gurihnya cukup kuat sehingga menggugah selera. Meski disajikan dalam mangkok yang agak besar, karena lezatnya menyantap satu porsi saja tidak akan pernah cukup. Taburan kacang, bawang goreng dan daun seledri atau daun bawang membuat rasa bubur ini makin ‘semriwing’, sangat nikmat disantap dalam keadan panas.Sebaiknya bubur tidak diaduk, tapi dimakan sedikit-demi sedikit, mulai dari pinggir sampai ke tengah, hal ini untuk membagi rata bumbunya agar pada suap terakhir masih melekat rasa bumbunya. Jika diaduk, maka penampilannya kurang indah, dan kerupuk melinjo (emping) yang ditaburkan diatasnya akan melempem, mengurangi rasa nikmatnya. Taburan daging ayam kampung yang disuwir-suwir akan menambah kenikmatan santapan. Harga memang di atas rata-rata bubur lainnya yang hanya Rp 5 ribu rupiah, bubur ini Rp 7 ribu seporsinya. Satu objek wisata kuliner yang patut anda kunjungi selagi berwisata di kabupaten Pandeglang.
Nasi Uduk Mak Ijah, Pasar Pandeglang
Kenali dan Kunjungi Objek Wisata di Pandeglang
Tempatnya di emperan toko-toko, dan hanya berjualan di malam hari saat toko telah tutup. Apabila anda mencarinya di siang hari, dijamin tak akan menemukan nasi uduk Mak Ijah di sini. Letaknya di seberang Pasar Badak, Pendeglang. Jika anda dari arah Jakarta, maka letaknya di sebelah kanan jalan. Anda perlu putar balik di dekat alun-alun, lalu menepilah di salah satu emperan dimana tertulis: “Nasi Uduk Mak Ijah”.Seperti layaknya penjaja makanan di emperan, tempatnya tidak terlalu mencolok, bahkan seringkali terlewati bagi mereka yang belum begitu hafal lokasi. Tanda satu-satunya adalah etalase kaca yang tinggi bertuliskan Nasi Uduk Mak Ijah itupun terkadang tidak begitu jelas karena disilaukan lampu yang dipasang menempel di kaca etalase bagian depannya. Melihat kondisi tempat seperti itu, kebanyakan orang menerka rasanya pasti biasa saja. Namun ternyata tidak, nasi uduknya gurih dan khas, apalagi jika ditaburi bawang goreng nan renyah, rasanya kian melambung. Bagi yang telah terbiasa, begitu masuk, setelah pelayan menyiduk nasi uduk di piring, ia akan menyerahkan piring itu kepada anda untuk mengambil sendiri lauk-pauk dan sayuran yang diinginkan. Anda bebas memilih aneka lauk-pauk yang lezat: mulai dari semur jengkol, telur dadar, sate, usus,
dendeng, ikan dll.
Lalu, apa istimewanya Nasi Uduk Mak Ijah? Cobalah rasakan kelezatan dan gurihnya semur jengkol. Hmmmm, manstap. Tentu ini hanya dapat dinikmati oleh pembeli yang suka dengan semur jengkol, bagi yang tidak suka, bisa memilih menu lain seperti sayur tahu, tempe oreg, atau lainnya. Saat kita duduk dan mulai menyuap nasi, di meja tersedia aneka lalapan seperti sintrong, kemangi, toge mentah, kacang panjang, timun, bahkan sesekali ditemukan "reungdeu", sejenis daun-daunan yang rasanya aneh, namun nikmat. Sering juga ditemukan lalapan berupa daun jambu mede plus daun payanya. Kedua daun yang rasanya pahit tersebut, jika dimakan dalam komposisi yang tepat, ternyata menimbulkan rasa baru, gurih plus nikmat, pahitnya lenyap tak tersisa, apalagi jika dimakan dengan sambel bercampur kecap manis. Rasanya mengalahkan menu termahal sekali pun di Hotel seperti Ritz Cartlon. Tekstur nasi uduknya juga lain, lebih gurih dan kenyal, sehingga menjadi kenikmatan tersendiri dalam menyantapnya.
Tempatnya di emperan toko-toko, dan hanya berjualan di malam hari saat toko telah tutup. Apabila anda mencarinya di siang hari, dijamin tak akan menemukan nasi uduk Mak Ijah di sini. Letaknya di seberang Pasar Badak, Pendeglang. Jika anda dari arah Jakarta, maka letaknya di sebelah kanan jalan. Anda perlu putar balik di dekat alun-alun, lalu menepilah di salah satu emperan dimana tertulis: “Nasi Uduk Mak Ijah”.Seperti layaknya penjaja makanan di emperan, tempatnya tidak terlalu mencolok, bahkan seringkali terlewati bagi mereka yang belum begitu hafal lokasi. Tanda satu-satunya adalah etalase kaca yang tinggi bertuliskan Nasi Uduk Mak Ijah itupun terkadang tidak begitu jelas karena disilaukan lampu yang dipasang menempel di kaca etalase bagian depannya. Melihat kondisi tempat seperti itu, kebanyakan orang menerka rasanya pasti biasa saja. Namun ternyata tidak, nasi uduknya gurih dan khas, apalagi jika ditaburi bawang goreng nan renyah, rasanya kian melambung. Bagi yang telah terbiasa, begitu masuk, setelah pelayan menyiduk nasi uduk di piring, ia akan menyerahkan piring itu kepada anda untuk mengambil sendiri lauk-pauk dan sayuran yang diinginkan. Anda bebas memilih aneka lauk-pauk yang lezat: mulai dari semur jengkol, telur dadar, sate, usus,
dendeng, ikan dll.
Lalu, apa istimewanya Nasi Uduk Mak Ijah? Cobalah rasakan kelezatan dan gurihnya semur jengkol. Hmmmm, manstap. Tentu ini hanya dapat dinikmati oleh pembeli yang suka dengan semur jengkol, bagi yang tidak suka, bisa memilih menu lain seperti sayur tahu, tempe oreg, atau lainnya. Saat kita duduk dan mulai menyuap nasi, di meja tersedia aneka lalapan seperti sintrong, kemangi, toge mentah, kacang panjang, timun, bahkan sesekali ditemukan "reungdeu", sejenis daun-daunan yang rasanya aneh, namun nikmat. Sering juga ditemukan lalapan berupa daun jambu mede plus daun payanya. Kedua daun yang rasanya pahit tersebut, jika dimakan dalam komposisi yang tepat, ternyata menimbulkan rasa baru, gurih plus nikmat, pahitnya lenyap tak tersisa, apalagi jika dimakan dengan sambel bercampur kecap manis. Rasanya mengalahkan menu termahal sekali pun di Hotel seperti Ritz Cartlon. Tekstur nasi uduknya juga lain, lebih gurih dan kenyal, sehingga menjadi kenikmatan tersendiri dalam menyantapnya.
Semua sajian nikmat tersebut tidaklah sebanding dengan harga yang ditawarkan, sangat ekonomis dan cocok sekali di saat krisis global melanda dunia dewasa ini. Jika anda makan dengan bermacam lauk, dengan uang tak lebih dari Rp 10.000 anda akan merasa sangat puas. Tak heran jika warung nasi ini selalu ramai dipadati oleh pengunjung, mulai dari pejalan kaki hingga bermobil mewah, semuanya berbaur menikmati sajian yang legendaris ini. Kenapa legendaris? karena warung ini ada sejak puluhan tahun lalu. Penasaran? Cobalah untuk kunjungi nasi uduk mak Ijah sembari menikmati udara malam khas kota Pandeglang.
Sedapnya Sate Kerbau Cikadueun
Kenali dan Kunjungi Objek Wisata di Pandeglang
Kebanyakan tempat yang menyajikan menu lezat di Pandeglang hadir dalam penampilan sangat sederhana.Warungnya tidak mencolok, tidak mewah atau berkesan mahal dan glamour justru sebaliknya di warung sederhanalah tersaji menu istimewa yang terasah bertahun-tahun hingga tetap diminati para pelanggan. Kebanyakan dari mereka pun tidak ingin mengubah penampilan warungnya menjadi lebih modern, mungkin mereka mengira akan ditinggalkan oleh para pelanggan setianya. Tersebutlah sebuah warung makan sangat sederhana di Cikadueun. Tidak ada papan nama, tidak ada pula buku menu atau meja-kursi yang tertata rapi. Warung tersebut hanyalah sebuah warung pinggir jalan seperti biasa. Tandanya hanyalah tempat duduk (amben) kayu yang sudah tua, tempat pelanggan duduk atau tidur-tiduran sehingga kayunya jadi mengkilap.
Kebanyakan tempat yang menyajikan menu lezat di Pandeglang hadir dalam penampilan sangat sederhana.Warungnya tidak mencolok, tidak mewah atau berkesan mahal dan glamour justru sebaliknya di warung sederhanalah tersaji menu istimewa yang terasah bertahun-tahun hingga tetap diminati para pelanggan. Kebanyakan dari mereka pun tidak ingin mengubah penampilan warungnya menjadi lebih modern, mungkin mereka mengira akan ditinggalkan oleh para pelanggan setianya. Tersebutlah sebuah warung makan sangat sederhana di Cikadueun. Tidak ada papan nama, tidak ada pula buku menu atau meja-kursi yang tertata rapi. Warung tersebut hanyalah sebuah warung pinggir jalan seperti biasa. Tandanya hanyalah tempat duduk (amben) kayu yang sudah tua, tempat pelanggan duduk atau tidur-tiduran sehingga kayunya jadi mengkilap.
Ciri khas lainnya adalah sederet makanan kecil yang digantung atau digelar diatas baki yang diletakan di bagian depan. Jika anda masuk, barulah tampak etalase berbingkai kayu yang sudah lusuh. Di dalamnya tersaji hidangan lezat menggugah selera.
Lokasi
Bagi orang Pandeglang, tentu tidak sulit mengetahui dimana itu Cikadueun. Terletak di sebelah Barat dari Kota Pandeglang, berjarak sekitar 15 km arah Barat Pandeglang. Berada diantara Saketi dan Cipeucang, tempat itu selalu ramai oleh para peziarah dari luar kota. Sering kali tampak terparkir bis-bis besar atau kendaraan pribadi lainnya yang membawa para peziarah. Mereka datang dari berbagai penjuru kota untuk berziarah ke makam keramat yang ada disana. Cikadueun hanyalah sebuah tempat persinggahan sementara bagi para sopir, umumnya sopir truk membawa muatan kelapa, pisang atau hasil hutan ke Jakarta. Tempatnya berada di tikungan jalan yang dilintasi oleh bekas rel kereta api yang kini sudah tertimbun aspal. Bekas stasiun Cikadueun serta rel kereta masih bisa disaksikan, dan cukup memprihatinkan, dengan kondisi rel tergantung akibat bantalannya hilang dan tanahnya erosi.
Letak warung itu ada di sebelah kiri jika kita dari arah Pandeglang. Di Seberang bekas stasiun Cikadueun. Teras warung hanya dapat menampung maksimal 2 kendaraan kecil. Jika banyak pelanggan yang membawa mobil, biasanya memarkir di seberang jalan atau agak jauh ke depan, disana tersedia tempat parkir yang luas.
Menu
Begitu masuk warung, anda akan disambut oleh penjaga warung yang ramah dan tidak banyak bicara. Salah seorang penjaganya adalah seorang pria muda yang gendut, biasanya bersama saudara perempuan atau Ibunya. Selain menu makanan yang disimpan dalam etalase, di atas meja sudah tersaji beberapa menu lain yang langka, seperti sayur rebung, sayur kulit melinjo, pepes burih, pepes belut atau ikan mas. Di meja juga tersedia lalapan daun sintrong, sambal, atau sayur asem serta ikan mas goreng dan ayam. Sedangkan dalam etalase, biasanya tersimpan sate daging kerbau yang belum dihangatkan serta ikan laut goreng dengan potongan yang lumayan besar. Tersaji ikan laut goreng seperti ikan layur, ikan sebelah, ikan banyar, ikan tongkol, ikan kakap, dll.
Begitu duduk, penjaga warung akan langsung menyinduk nasi dan kita bebas memilih menu apa yang disukai. Jika menunya ada di atas meja, tinggal ambil saja. Namun untuk menu di dalam etalase, tentu harus penjaga yang mengambilnya. Jika kita menghendaki sate daging, maka penjaga akan menghangatkannya terlebih dahulu sehingga rasanya kian lezat dan hangat. Oh ya, tekstur nasinya berbeda dengan nasi yang lain, karena cara masaknya yang masih menggunakan kayu bakar. Nasi yang sudah matang kemudian ’diakeul’, mungkin inilah yang membuat rasa nasi tersebut jadi kenyal dan enak rasanya. Bahkan pernah suatu saat, ketika saya mengajak anak-anak makan disana, salah seorang anak saya menegur sopir saya yang duduk disampingnya karena dia pikir sopir itu yang mengambil nasi dari piring anak saya. Ternyata, anak saya tidak sadar bahwa nasi di piringnya sudah habis dia makan, tanpa terasa. Itulah nasi Cikadueun, sangat nikmat, dimakannya tidak terasa sampai habis.
Hidangan andalan lainnya yang sering jadi perbincangan adalah sate kerbau. Berbeda dengan sate pada umumnya yang sering terasa keras dan menyisakan irisian daging nyelip diantara gigi, sate ini begitu lembutnya. Rasanya gurih dan manis, apalagi kalau dihangatkan terlebih dahulu. Biasanya dimakan dengan sambal yang dicampur kecap, akan melipatgandakan rasa lezatnya hingga optimal. Kelezatan makan di sini kian melambung manakala sayur asem kita seruput langsung dari mangkuknya. Jangan gunakan sendok, karena akan mengurangi kenikmatannya minimal sampai 50% Hmmm, sungguh terasa kesegarannya.
Jika lauk-pauk di piring kita kurang lengkap, mintalah sepotong ikan kakap goreng atau ikan layur besar yang masih segar. Sungguh tak terlupakan rasa gurihnya. Kelezatan ikan goreng ini karena teknik memasak yang cekatan serta cara memilih ikan yang masih segar, tanpa pengawet.
Soal harga? Jangan khawatir, hanya dengan uang sekitar Rp 10.000, anda sudah dapat menikmati sajian lezat dengan sate kerbau atau ikan goreng beserta sayur asem, sambal, lalapan bahkan kerupuk jika suka. Menu sayuran rebung, sayur asem, kulit melinjo atau lalapan yang digelar di atas meja biasanya gratis. Jika Anda datang sudah terlampau larut, jangan harap menunya masih lengkap, biasanya beberapa menu andalan sudah habis. Maka datanglah saat yang tepat, yaitu di sekitar sore hari atau sebelum jam 8 malam. Selamat menikmati....(Mohammad Zen - Cintapandeglang.com)
Kenali salah satu kesenian Pandeglang
Rampak Bedug
Kenali dan Kunjungi Objek Wisata di PandeglangRampak Bedug merupakan tarian beratraksi instrumen perkusi berupa empat bedug berbagai ukuran dihiasi ikatan kain merah biru dan ditabuh(dipukul) oleh pemain yang berdiri di depannya Diiringi kelompok musik dengan bedug berbagai ukuran sahut menyahut menciptakan irama tabuhan harmonis. Sesekali terdengar suara mirip suara instrumen musik tiup dari mulut para pemainnya, meski tak satupun alat musik tiup digunakan dalam atraksi ini. Seni Rampak Bedug berawal dari kebiasaan penduduk berkeliling kampung sambil memukul (menabuh) bedug dikala sahur saat bulan puasa. Kebiasaan tersebut dilakukan secara berkelompok dan saling berpencar satu sama lain sehingga tak jarang pertemuan antara kelompok berujung saling adu kekuatan menabuh bedug. Tradisi ini kemudian dijadikan ajang untuk beradu keras menabuh bedug kini dikenal sebagai "ngadu bedug".
Sabtu, 31 Oktober 2009
Tautan informasi objek wisata di Pandeglang
Berikut beberapa tautan informasi mengenai objek wisata di Kabupaten Pandeglang.
Kenali dan Kunjungi Objek Wisata di Pandeglang
Langganan:
Postingan (Atom)